Setiap orang ingin menjadi pemenang dan menjalani kehidupan dengan kelapangan, tetapi kita selalu menciptakan belenggu kebebasan diri kita sendiri. Wejangan para sesepuh sebenarnya bukan hanya hasil dari pemikiran beliau, tetapi lebih banyak karena adanya laku, wangsit dan pengalaman hidup, karena itu tak ada ruginya jika kita selalu berkaca dengan PITUTUR LUHUR mereka, agar kita dapat mengeliminasi belenggu yang kita ciptakan. Hidup dalam kebebasan luas untuk mencapai tujuan hidup yaitu Sukses!
Tuesday, 17 October 2017
Pitutur Luhur: Wejangan dalam Penggambaran Wujud Semar
Pitutur Luhur Ki Lurah Semar
Dalam pewayangan jawa terdapat tokoh wayang yang sangat berpengaruh, tetapi tidak ditemukan dalam kitab wira carita Mahabharata maupun Ramayana, tokoh itu adalah Ki Lurah Bodronoyo atau biasa disebut Ki Lurah Semar. Tokoh ciptaan Sunan Kalijaga ini adalah orang tua dari Panakawan Gareng, Petruk dan Bagong yang menjadi "pamomong" atau pengasuh kesatria Pandawa (utamanya Arjuna/Permadi).
Semar digambarkan secara fisik sebagai orang tua dengan bentuk badan yang bulat, yang mempunyai maksud penggambaran bumi yang merupakan orang tua, tempat mengayom dan tinggalnya umat manusia. Dalam filosofi, penggambaran Semar menyatakan pertentangan yang menjadi satu, sebagai gambaran dalam kehidupan nyata, bahwa segala sesuatu diciptakan berpasang-pasangan. Penggambaran Semar antara lain:
Meskipun mempunyai wajah yang tua renta, tetapi Semar digambarkan mempunyai potongan rambut seperti anak kecil dan selalu memakai "ketu", penutup kepala anak bayi/balita, hal ini menunjukkan bahwa di dalam dunia ini terdapat kehidupan yang dimulai dari anak kecil sampai tua renta.
Ki lurah Bodronoyo adalah seorang laki-laki tetapi mempunyai payudara (pentil), yang menggambarkan bahwa kehidupan di bumi terdiri dari lanang (laki-laki) dan wadon (perempuan).
Semar mempunyai mata yang sembab tetapi wajahnya selalu tersenyum, menunjukkan bahwa dalam kehidupan kesedihan dan kesenangan adalah hal yang niscaya, dan berpasangan (isining ndonya iku kesenengan lan kesusahan/isinya dunia itu senang dan susah). Karenanya penggambaran ini memberikan nasehat untuk tidak berlebihan dalam kebahagiaan ataupun kesedihan, karena kebahagiaan akan datang silih berganti mengiringi perjalanan hidup manusia.
Semar sejatinya berdiri, tetapi dalam gambarannya seperti orang yang jongkok, menggambarkan kawula (bawahan) dan ndara (atasan) bahwa ketika kita mendapatkan kedudukan di dunia ini, kita harus tetap merendah dan tidak sewenang-wenang kepada kawula, karena kedudukan setiap saat bisa berubah, tergantung yang berwenang mengatur kehidupan (Allah SWT).
Tangan kanan Kyai Semar selalu disembunyikan dibalik badannya, mengandung filosofi agar kita selalu menyembunyikan kebaikan dan kelebihan yang dimiliki, andhap asor (rendah hati).
Kyai Lurah Semar sejatinya adalah seorang dewa yang menjelma dalam wujud manusia, hal ini menunjukkan bahwa dalam hidup, sifat kedewaan dan sifat manusia itu satu dan tidak dapat dipisahkan.
Meskipun hanya sebagai seorang kawula yang bertugas mengasuh Pandawa, tetapi Ki Lurah Semar dikenal sebagai orang tua yang penuh kebijaksanaan, setiap kata dan perumpamaannya adalah wejangan (nasehat), Ki Lurah Semar juga mempunyai kelebihan dalam meramalkan hal yang akan terjadi. Karena itulah apa yang dinasehatkan oleh Semar selalu diterima dengan baik, bahkan tidak pernah dibantah oleh raja sekalipun. Dalam banyak lakon wayang, Bathara Krisna yang merupakan jelmaan Wisnu, sering meminta nasehat kepada Semar dan tidak pernah membantah Semar.
Itulah penggambaran Ki Lurah Badranaya, penggambarannya akan terus mengikuti perkembangan jaman dan tidak lekang oleh waktu. Ada bayak sekali petuah dan nasehat dalam menjalani kehidupan, nasehat-nasehat ini banyak dipakai sebagai batasan dan acuan dasar orang jawa dalam bertindak dan menjalani kehidupan ini, karena dengan menjalankan apa yang menjadi petuah Ki Lurah Badranaya, kehidupan seseorang akan Ayem, tentrem dan mukti (sukses).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment