Friday, 31 March 2017

PITUTUR LUHUR: AJINING DIRI DUMUNUNG ONO ING LATHI, AJINING RAGA ANA ING BUSONO

Filosofi Jawa, Akhir akhir ini di Indonesia sedang ramai dibicarakan tentang kasus penistaan agama yang dilakukan oleh Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaya Purnama atau Ahok. Kasus ini bermula dari ucapan Ahok yang dianggap menyinggung umat Islam oleh sebagian umat Islam Jakarta. Sebenarnya hal semacam ini tidak perlu terjadi jika Ahok menerapkan falsafah jawa yang diterapkan oleh rekan sejawatnya, Presiden Jokowi.

Dalam ungkapan Jawa disebutkan " Ajining diri gumantung ono ing lathi, ajining raga ana ing busono". Peribahasa atau ungkapan ini mengandung maksud, nilai diri dari seseorang itu tergantung dari apa yang keluar dari mulut (omongan), dan nilai fisik tergantung pada pakaian yang dikenakan.

Peribahasa ini mengajarkan kita untuk selalu berhati hati dalam berbicara, pandai menjaga mulut atau ucapan, seperti tidak berbohong, tidak berkata kasar, tidak menghina dan tidak melukai perasaan orang lain. Hal ini penting karena dengan ucapan yang terjaga akan menimbulkan respek lawan bicara maupun kawan untuk lebih menghargai kita.

Akan berbeda jika kita tidak bisa menjaga mulut, sehingga setiap ucapan yang kita keluarkan selalu menyinggung dan menyakiti perasaan orang lain, maka martabat dan nilai kita pun akan terkikis dan akhirnya orang akan memberikan label yang rendah kepada diri kita.

Kemudian filosofi jawa selanjutnya, ajining rogo gumantung ono ing busono, berarti nilai fisik seseorang itu tergantung kepada apa yang dikenakannya (pakaiannya). Mungkin kita pun kadang menilai dan memberi persepsi kepada apa yang kita lihat, misalnya wanita yang mengenakan kerudung, persepsi kita akan mengatakan bahwa wanita itu alim dan sholehah, meskipun kenyataannya dia adalah wanita nakal, sebaliknya apabila kita melihat wanita dengan pakaian yang minim dan terbuka, persepsi kita akan mengatakan bahwa mungkin itu wanita nakal, meskipun pada kenyataannya dia wanita baik-baik.

Filosofi ini mengajarkan kepada kita untuk selalu menutup aurat sebagai penghormatan kepada diri sendiri dan kepada orang lain, sebagai contoh, ketika kita kedatangan tamu, maka ketika pakaian yang kita kenakan adalah pakaian yang tertutup dan rapi, tamu tersebut merasa dihormati dan akan menilai kita dengan harga yang tinggi. Akan berbeda apabila sebaliknya.

Filosofi Jawa ini saat ini sudah mulai luntur karena perkembangan jaman, budaya bebas dan gaul yang saat ini menjangkiti kawula muda, rasa malu sudah terkikis oleh keinginan untuk dilihat seksi dan gaul, akan tetapi masih banyak juga dari orang tua jawa yang memberikan batasan yang keras dalam hal perkataan dan cara berpakaian, dan biasanya orang orang yang mau melakukan dan menjalankan petuah luhur ini akan mempunyai nilai yang tinggi dalam masyarakat.

Semoga ada manfaatnya...

No comments:

Post a Comment