Thursday 21 July 2016

FILOSOFI HIDUP: FALSAFAH JAWA YANG DIANUT PRESIDEN JOKOWI

Siapa yang tidak mengenal Presiden Joko Widodo yang biasa dipanggil JOKOWI, Jokowi adalah fenomena yang terjadi di Indonesia, betapa tidak, siapa yang mengenal Jokowi sebelum Pilkada Jakarta 2013? waktu itu mungkin Jokowi hanya dikenal oleh masyarakat Solo Raya, ya Jokowi adalah walikota Solo 2 periode berurutan. Jokowi memang istimewa, betapa tidak, jika kita telaah lagi sifat dan perilaku selama dikenal luas di Indonesia atau bahkan di dunia, tampak sekali Jokowi adalah penganut falsafah jawa yang sangat kental.

Kali ini akan kita coba bahas beberapa filosofi jawa yang dianut Jokowi berdasarkan apa yang dilakukan Jokowi hingga menjadi Presiden Pertama dari kalangan rakyat biasa....filosofi itu diantaranya

SUGIH TANPO BONDHO

Sugih mempunyai ari kaya, sedangkan bondho berarti harta, jadi ungkapan filosofi itu jika dirangkaikan berarti Kaya tanpa harta, itulah arti sesungguhnya dari filosofi ini.

Jokowi dikenal masyarakat sebagai sosok yang sederhana, padahal ketika mendaftarkan diri pada pilkada jakarta harta kekayaan Jokowi yang tercatat sekitar 18 milyar lebih. Dengan harta sebanyak itu sebenarnya Jokowi bisa dianggap sebagai orang yang kaya, akan tetapi dari perilaku Jokowi, beliau tidak pernah menyombongkan harta bendanya karena sadar bahwa harta hanyalah titipan yang tidak akan kekal bahkan bisa musnah jika sang Pemilik meminta kembali harta itu kembali. Karena kesederhanaannya inilah yang kemudian menjadikan Jokowi semakin melambung namanya dan akhirnya terpilih menjadi presiden ke 7 RI.

Kekayaan yang hakiki sesungguhnya bukanlah harta yang terlihat, tetapi kekayaan yang ada di hati, semakin kita kaya hati akan semakin banyak orang yang respek kepada kita, teman itulah harta kita...
itulah makna filosofi SUGIH TANPO BONDHO

DIGDAYA TANPO AJI-AJI

Digdaya berarti Sakti, aji-aji berarti azimat atau kesaktian. jika digabungka berarti sakti tanpa azimat/kesaktian. Falsafah ini mengajarkan bahwa kekuatan dan kesaktian sebesar apapun hanya milik Allah. Jadi jika seseorang berpegang teguh pada falsafah ini, dia tidak akan pernah takut dengan apapun, selama membela kebenaran dia akan tegas dan tidak pandang bulu, tidak takut dengan resiko apapun dan pada akhirnya kebenaran dan tindakannya yang akan menang.

Falsafah ini melekat pada Jokowi, dalam setiap kesempatan Jokowi selalu tegas dan tidak takut akan apapun, yang benar dikatakan benar dan yang salah dikataka salah. sebagai contoh ketegasan Jokowi adalah ketika menjabat presiden, beliau mendapat banyak gesekan dan desakan dari partai dan pendukungnya tetapi tetap bergeming dengan pendapat dan langkahnya. seperti penyataan Gubernur DKI yang dikutif dari tribun.


Menurut pria yang akrab disapa Ahok ini menyebutkan, karakter Jokowi memang Koppig atau keras kepala. Ahok mencontohkan, saat dirinya masih menjadi Wakil Gubernur DKI, dan Jokowi masih menjadi Gubernur. Jokowi begitu keras kepala untuk menyusun Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, dan memutuskan seorang pejabat layak atau tidak mengemban jabatannya.

"Waktu saya bilang 'Pak ganti pak' dia enggak akan ganti. Tapi Pak Jokowi itu lebih keras pendirian ya. Pendiriannya pegang prinsip," kata Mantan Bupati Belitung Timur ini.


NGLURUG TANPO BOLO

nglurug berarti menyerang, tanpo bolo berarti tanpa membawa teman/pasukan.
falsafah jawa ini mengajarkan bahwa untuk mencapai kemenangan atau tujuan tertentu tidak harus selalu dengan kekuatan atau teman yang banyak, tetapi melalui pendekatan, kehati hatian dan kesabaran. Jokowi selama menjabat sebagai pejabat publik, mulai dari Walikota Solo, Gubernur DKI dan presiden selalu mengedepankan jalan dialog dan pendekatan kepada masyarakat, sehingga masyarakat merasa di "wongke" dan pendapatnya dihargai yang pada akhirnya legowo untuk melaksanakan program pemerintah tanpa ada protes berlebih dan kekacaua.

Karena sifat dan sikap mengedepankan dialog itulah yang membuat Jokowi dekat dengan rakyat, mereka yang semula menentang dan memusuhi pada akhirnya bersimpati dan berbalik mendukungnya.

Falsafah yang dipegah teguh oleh Jokowi inilah yang mengantarkan beliau hingga saat ini menjabat sebagai presiden RI, meskipun pada awalnya tidak pernah diperhitungkan.

MENANG TANPO NGASORAKE

Falsafah ini memiliki makna mencapai kemenangan tanpa harus merendahkan orang lain. Jokowi sewaktu menjadi pejabat publik, mendapatkan serangan, cacian dari manapun tidak pernah merasakan sakit hati. Jokowipun tak pernah merendahkan orang lain, semua dianggap sama. Hal ini dibuktikan Jokowi dengan mengunjungi tempat tempat kumuh, berdialog dengan rakyat tanpa memandang golongan. Dengan cara inilah Jokowi semakin dekat dengan rakyat dan mendapat dukungan yang besar dari rakyat sampai akhirnya terpilih menjadi presiden RI ke 7.

Falsafah jawa yang adiluhung sudah seyogyanya selalu dipegang teguh oleh masyarakat jawa, dengan memegang teguh falsafah jawa kemudahan jalan akan di dapat dalam mengarungi kehidupan ini.

semoga bermanfaat...

salam sukses selalu...

No comments:

Post a Comment